Kamis, 28 Januari 2016

“Quran Kecil Untukmu”




Karya :Icha Yulia Putri
          
      Adzan shubuh telah di kumandangkan,sudah saatnya untukku sebagai seorag laki-laki untuk segera menuju ke rumah allah.
“Azis…zis” ucap tetanggaku.
“aa..iya Dul,mau ke Mesjid juga?”
“iya zis,maka dari tu saya manggil kamu,agar sama-sama kita ke Mesjid”
“ooo ok ok,ayo jalan,sudah mulai khomat ni”
“ayo..”
Saat shubuh telah menyingsing,digantikan dengan waktu dhuha,saya pun mengambil waktu istirahat kerja untuk melaksanakan sholat yang di anjurkan oleh Rasululllah,tak di sangka saat saya masuk ke tempat ibadah yang telah disediakan oleh kantor untuk pekerja yang beragama islam,saat saya melewati pintu saya melihat seorang wanita yang sedang melaksanakan sholat dhuha dengan khusyuk,begitu khusyuk nya saat ia bersimpuh memohon kepada allah,dia meneteskan air mata,saya pun berpikir ntah hal apa yang membuat ia meneteskan air mata seperti itu.
            Tapi apalah daya ku,jika hendak mau ibadah tak boleh menunda-nunda apalagi menunda karena penasaran dengan tangis seseorang yang tidak di kenal,saya pun langsung melaksanakan sholat dhuha tanpa bertanya terlebih dahulu pada waita tersebut.
Untaian do’a telah saya sampaikan kepada allah,hanya tinggal berusaha dan bertawakal akan do’a yang saya sampaikan tadi.Saat saya selesai berdo’a,tak saya kira bahwa waita tadi belum juga selesai dalam do’a nyayang khusyuk tersebut.Saya pun semakin penasaran akan perasaannya sampai-sampai do’a nya,dari saya sholat sampai saya selesai berdo’a belum juga selesai.
Telah tampak oleh ku wanita itu yang telah selesai dalam do’a nya.
Air mata yang mengalir di pipi nya
Telah terhapuskan akan kain putih yang ia bawa sholat
Tampak olehku mata yag sembam
Raut wajah yang penuh dengan kebimbangan
Hendak aku ingin mendekat
Untuk mengajukan untaian pertanyaan
Tapi sontak lidah ku tak bisa mengutarakannya
Karena tak ku sangka
Seorang wanita yang khusyuk beribadah
Saat ia melepas kain putih yang menutupi saat ia sholat
Begitu terkejutnya aku
Bahwa kepalanya tak ditutupi oleh selendang
Tampak rambut yang bergerai
Sepanjang bahu
Sontak membuatku tak jadi bertanya
            Saat itu juga niatku untuk bertanya hilang dan melupakan wanita itu, aku  pun menuju ke ruangan kerja ku,terdengar seorang wanita memanggil-manggil seseorang tanpa nama,tersontak aku melihat ke belakang,ternyata wanita itu adalah wanita yang melaksanakan sholat dhuha tadi.
“Pak…pak” teriak wanita itu.
“Ya…anda memanggil saya”.
“Iya pak,maaf sebelumnya karena saya telah berteriak seperti itu”.
“Tiidak ada apa-apa,maaf anda ada urusan apa ya dengan saya?”
“Ini pak” dengan menyodorkan dompet kulit yang berwarna coklat tersebut”
“Ha..ini kan dompet saya” dengan ekspresi yang penuh tanya.
“Ooo berarti dugaan saya benar,saya menemukannya di tempat ibadah dan saat melihat dompet tersebut,saya juga melihat bapak di pintu keluar dan berlalu pergi,sontak saya mengejar bapak,dan memanggil bapak dengan berteriak”
Tidak ku sangka wanita ini tidak hanya khusyuk dalam beribadah tapi juga hatinya yang penuh dengan kebaikan.
“pak” panggil wanita itu
“pak..” panggil wanita itu kembali
“ah..iya,kamu bilang apa tadi?”
“aaaa…tadi saya bilang”
“ooo saya baru ingat” potong ku dengan sedikit galagapan
“terimakasih ya,karena telah mengembalikan dompet saya ini” timpalku
“iya sama-sama pak,bukankah setiap muslim harus saling menolong”
“hmm iya benar,pokoknya saya mengucapkan banyak-banyak terimakasih,o iya saya belum mengetahui nama kamu siapa”
“nama saya Zahra Rahmawati,bapak boleh manggil saya Zahra” dengan senyuman tipis di wajahnya.
“hmm Zahra,nama yang bagus,perkenalkan nama saya Azis Al Sidiq,Zahra bisa manggil saya dengan sebutan Azis”
“a..iya pak Azis”
“tidak usah nama panggilan saya di depannya di tambah sebutan pak,cukup Azis saja,toh saya tidak tua banget,hehehe”
“hehehe,iya pak..upss i..ya A..zis” jawab Zahra dengan gelagapan.
“hmm..karena kamu telah melakukan kebaikan kepada saya,saat makan siang nanti saya akan menaktir kamu makan,gimana?gak menganggu kan?”
“saya melakukannya ikhlas kok,gak harus dibalas juga,Zahra orangnya gak suka pamrih,jadi gak usah lah,saya bisa makan di kantin aja, kan kantor ini juga menyediakan kantin bagi pegawai nya,gak kok Zis”
“hmm ok,anggap aja ini hanya sebuah taktiran karena kita baru kenalan bukan karena Ra menolong Zis tadi,bisa kan?”
“mmp..ok lah”

Inilah waktu yang di tunggu-tunggu oleh seorang Azis Al Sidiq waktu dimana ia akan makan siang di Restoran bersama Zahra yang membuatnya tadi pagi penasaran akan hal yang Zahra tangisi tadi..
“silahkan duduk” ucap Azis
“mm..iya”
Mereka pun memesan makanan sesuai selera mereka,saat mereka menyelesaikan makan siang mereka,Azis pun memberanikan diri untuk bertanya pada Zahra akan hal yang ia tangisi.
“Ra,Zis boleh Tanya sesuatu’
“i..ya boleh,apa itu Zis?”
“tadi di saat dhuha aku melihat mu berdo’a sambil menangis tersedu-sedu sangat lama sekali,sehingga membuatku penasaran akan hal yang kamu tangisi sampai selama itu,maaf jika itu termasuk urusan pribadi mu,jika kamu tidak mau menjawabnya tidak apa-apa”
“iya..tidak apa-apa Zis,yang membuatku menangis itu di karenakan aku masih bimbang akan permintaan terakhir dari ibuku”
“permintaan seperti apa yang di ajukan ibumu kepadamu,sampai-sampai membuatmu bimbang untuk melakukannya”
“ibuku memintaku agar aku memakai jilbab,tetapi aku belum siap untuk melakukannya”
“Zahra memakai jilbab tidak perlu kata siap atau tidak,karena memakai jilbab adalah kewajiban setiap wanita,sebenarnya ibumu sudah terlambat menyuruhmu untuk memakai jilbab,tapi apalah daya ku,aku bukan Allah yang bisa menentukan terlambat atau tidaknya seseorang untuk berubah menjadi yang lebih baik,jadi lebih baik kamu segera menutupi aurat mu”
“tapi Zis,Ra sedikit ragu tuk melakukannya”
“alasan apalagi yang membuatmu ragu,selain dari kata belum siap?”
“aku takut pegawai kantor yang lain bertanya-tanya tentang perubahanku atau jangan-jangan mereka akan menertawakanku”
“tunggu sebentar Zahra,aku akan kembali dengan membawa sesuatu yang membuatmu yakin dan merasa bersalah karena telah ragu akan berhijab”
“Azis mau kemana”
“tunggu sebentar Ra,aku akan kembali,tunggu saja”
Dengan berlari Azis pergi ke tempat yang ia akan menemukan sesuatu yang tak kan membuat Zahra ragu akan permintaan ibuya.
10 menit kemudian…Azis kembali ke restoran yang mana Zahra menunggu kedatangannya,Azis membawa sebuah kantong lalu menyodorkannya pada Zahra.
“apa ini” sambil menatap Azis.
“lihatlah apa isinya”
Kemudian Zahra membukanya,dia pun bertanya-tanya didalam hati
“kenapa Azis memberiku Al-Quran kecil,maksudnya apa”
Zahra pun tersontak kaget akan perkataan Azis yang menjawab pertanyaan dari hati Zahra.
“yaa itu adalah Quran kecil untukmu,itulah sesuatu yang tidak akan membuatmu ragu lagi untuk melaksanakan permintaan ibumu”
“dengan apa Al- Quran ini akan membuatku memakai hijab?’
“bukalah Al-Quran itu dengan bismillah lalu lihatlah surat An-Nur ayat 31”
Zahra pun mencari surat An-Nur ayat 31 lalu menjumpai suratnya.
“aku menemukan suratnya”ucap Zahra
“bacalah terjemahan suratnya”jawab Azis
Zahra pun membacanya,terjemahan surat tersebut berisikan.
“Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhisannya kecuali yang biasa Nampak dari padanya.Dan hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke dadanya”
Wanita yang berada di depanku ini matanya mulai berlinang.Aku hanya ingin membuatnya sadar bahwa berjilbab itu wajib bagi seorang wanita walaupun itu akan membuatnya menangis dan menyesal itu aku lakukan demi kebaikannya sendiri.
“apalagi yang kamu ketahui Azis”dengan suara yang menahan tangis
“aku pernah membaca sebuah cerita tentang Imam Ali dengan Rasulullah,pada saat itu Imam Ali as berkata’saya dan Fatimah menghadap Rasulullah dan kami melihat beliau dalam keadaan menangis tersedu-sedu dan mereka pun berkata pada beliau’Demi ayah dan ibuku sebagai jaminanmu,apa yang membuat anda menangis,tersedu-sedu’ucap Ali.Rasulullah bersabda “wahai Ali pada malam mi’raj ketika aku pergi ke langit,aku melihat wanita-wanita umatku dalam azab dan siksa yang sangat pedih sehingga aku tidak mengenali mereka.Oleh karena itu,sejak aku melihat pedihnya azab dan siksa mereka ,aku menangis’.Itulah salah satu yang aku ketahui,masih banyak lagi dalil-dalil mengenai wajibnya wanita memakai hijab” jawab Azis.
            Azis pun berhenti bicara tampak olehnya wanita itu menahan tangis yang luar biasa.
“keluarkanlah semua yang ada dihatimu,jagan ditahan karena itu akan menimbulkan penyakit hati yang mendalam,keluarkan semuanya,menangislah sepuasnya”
Zahra pun menuruti perkataan Azis,ia menangis sejadi-jadinya,air mata terus mengalir di pipinya.
“Sungguh bodohnya aku Azis karena ragu akan perintah Allah,aku malu Azis karena tahu baru sekarang, itu pun karena aku jarang membaca Al-Quran,aku lebih sering sholat dari pada mengaji,lihatlah apa yang aku lakukan selama ini aku akan sama seperti wanita yang dilihat oleh Rasulullah yang mendapatkan azab yang pedih,sungguh dosa besar yang telah aku perbuat”
Zahra pun berlari sambil menagis,ia menutupi kepalanya dengan tas berwarna silver yang ia pakai tadi.
“mungkin penyesalan telah ia rasakan sekarang ini,mudah-mudahan besok ia telah berubah menjadi wanita yang sholehah dengan lilitan jilbab yang menghiasi kepalanya”
Pagi telah datang bersamaan dengan harapan Azis akan Zahra,apakah ia telah berubah,yang benar saja seorang wanita yang tampak beda dengan lilitan jilbab putih yang menutupi hal yang sesungguhnya tak terlihat,wajahnya terlihat begitu cantik,anggun dengan pakaian tertutup sungguh dia seperti bukan Zahra yang aku kenal kemaren.
“Assalamu’alaikum”ucap Zahra
“Wa’alaikum salam” jawab Azis
Azis menatap Zahra tanpa henti,membuat Zahra salah tingkah,Zahra pun mencoba menghentikan pandangan Azis dengan berkata “jagalah pandangan mu Azis karena aku bukanlah istrimu yang sesuka hatimu untuk kamu pandang”
“astaghfirullah sungguh aku tak sengaja Zahra,engkau telah membuatku terpesona akan perubahanmu”
Zahra hanya tersenyum mendengar perkataan Azis.
“Ra,aku tahu bahwa kita baru kenal kemaren,tapi sungguh aku tidak mau mendapatkan dosa karena aku selalu memandang yang bukan mukhrim ku,oleh karena itu mau kah engkau mencegah agar aku tak mendapatkan dosa itu”
“apa yang harus aku lakukan Zis”
“cukup engkau menjawab iya”
“iya untuk apa”
“untuk setuju aku menikahimu”
“Zahra pun tersenyum lalu mengangguk pelan”
“apakah iya” Tanya Azis
“iya,aku setuju”

Besoknya mereka pun menikah…itu dikarenakan Azis tidak mau lama-lama karena itu akan membuatnya khawatir akan dosa yang akan menimpanya  nantinya.Mereka pun menikah dengan sederhana,ucapan terimakasih yang tidak henti-hentinya Zahra ucapkan kepada suaminya karena telah memberikan Al-Quran kecil yang membuatnya sadar akan kewajibannya bagi seorang wanita untuk menutupi aurat dengan memakai hijab.

#the end
Share:

Kamis, 21 Januari 2016

"Jilbab Mu Menjadi Jilbab Ku"




Karya :Icha Yulia Putri

       Sepoi sepoi angin menyejukkan hatiku apalagi melihat keanggunan sahabatku yang satu ini dengan lilitan jilbab yang panjang menutupi yang seharusnya tak terlihat.Wajahnya cerah karena sering berwudu',Pakaiannya rapi dan tubuhnya ditutupi oleh pakaian yang panjang hanya telapak tangan dan wajah saja yang dapat kulihat,tak pernah kulihat sahabatku ini tidak berjilbab walaupun aku sering kerumahnya tapi kepalanya selalu dilapisi dengan jilbab.
      Aku selalu iri dengannya andaikan aku bisa sepertinya tapi keadaan ku lah yang membuatku tak bisa menuruti langkah sahabatku untuk melaksanakan perintah allah yang satu itu yaitu berhijab.Aku adalah anak basket dan aku sebagai kaptennya tidak mungkin seorang kapten memakai jilbab,karena menurutku itu lucu,aku tidak mau dijadikan bahan ketawaan.Dan aku pun membiarkan keirianku pada sahabatku itu tumbuh didalam hatiku ntah jadi apa dia kelak nya.

Jam 14:30 aku ada pelatihan basket dan saat ini istirahat tak kusangka diujung taman kulihat sesosok sahabatku yang islami itu yaitu Marwah.

"Marwah....???" panggilku dengan sedikit berteriak.
Marwah pun menatap pada asal suara yaitu dilapangan basket.
"Iya Safa,ada apa?" dengan menghampiri Safa.
"Nanti aku ke rumah kamu ya????".
"Iya Safa,tapi ada apa Fa?".
"Biasa pengen curhat"
"Curhat tentang Rio lagi ya?" dengan sedikit tertawa.
"Husss jangan-jangan kuat-kuat Marwah ntar kedenger sama anak basket yang lain"
Marwah pun tertawa kecil sambil mengangguk.
"Oya Marwah pulang dulu ya Fa,soalnya ada urusan ni"
"Hmmm yaudah Marwah gak papa kok soalnya aku latihan basket waktunya agak ngelenceng jauh dari waktu biasanya,jadi mungkin aku kerumah Marwah sekitar jam lima sorean,jadi siapin aja makanannya ya!,hehehe"
"Iya Safa,aku pasti buatin kok,yaudah aku pergi dulu ya,assalamu'alaikum"
"Waalaikum salam"
Langkah kaki Marwah sudah mulai menjauh dari pendengaranku,kuharap dia pulang dengan selamat.

*****
Latihan basket pun selesai...
Setelah Safa selesai latihan basket bersama groupnya,dia pun langsung pulang dan mulai membersihkan diri,agar ia tetap cantik,bersih dan wangi saat tiba dirumah Marwah.Entah kenapa dia selalu iri dengan Marwah dan ingin tampil lebih baik dari Marwah walaupun tidak harus tampil seperti Marwah dengan lilitan jilbab.
"Kini saatnya berangkat,tunggu dulu......
Akupun mengendus-endus badanku,oh sudah wangi,tampilan sudah ok,saatnya berangkat." dengan wajah yang ceria.

Saat motor matic ku telah ku lajukan sekitar 20 memit motor matic ku pun berhenti,ya ditempat tujuan rumah Marwah,rumahnya agak lumayan besar dengan pembantu wanita dua orang,satu pria,satu supir dan satu satpam,bayangkan saja besarnya jika dilihat dari pekerja didalam rumahnya.Marwah adalah anak yang cukup terpandang walaupun sahabatku ini terpandang tapi dia tidak pernah sombong dengan yang dia punya,itulah yang membuatku menyukainya sebagai sahabat.Kondisi ku tidak jauh dari kondisinya Marwah,aku juga anak yg berpunya dalam materi tapi walaupun begitu aku lebih suka melakukan sesuatu dengan sendiri tidak seperti anak kaya lainnya yang menggunakan kekayaan orangtuanya untuk popularitas dengan diantar supir lah,shopinglah,bahkan setiap minggu ngadain party.Dari semua kehidupanku dan Marwah hanya itu kesamaan yang baru aku ketahui bahwa kami tidak suka memamerkan kekayaan orangtua.

Tadi aku pergi dengan wajah ceria tapi saat telah datang ditempat tujuan wajah ku berubah murung.
Karena memdengar jawaban bibi pembantunya Marwah bahwa Marwah tidak ada dirumah.
"Aku dan Marwah telah membuat janji tapi kenapa dianya yang gak ada" mengonceh tak menentu.
Bibi pun ikut bicara "Hmmm mungkin non Marwah lupa non"
"Iya mungkin bi,yaudah deh bi,Safa pulang dulu,ntar kalo Marwah udah pulang bilangin ya bi kalo Safa tadi kesini"
"Ya non Safa" .

Sepulang dari rumah Marwah aku mengonceh tanpa henti smapai-sampai air liur didalam mulutku kering.Aku pulang dengan rasa kecewa,sampai waktu tidur pun datang rasa kecewa masih melekat dalam hatiku sampai aku terlelap.

Langit yang tadi gelap kini telah menjadi putih
Tadinya malam hanya diterangi cahaya bulan dan bintang
Tapi kini telah diterangi dengan sibesar matahari
Cahayanya menyilaukan diwaktu pagi
Yang menerobos masuk melawan jendela kamar
Yang membuatku terjaga akan cahayanya
Yang membuatku memenjamkan mata akan silaunya
Dan yang membuatku gelisah karena panasnya
Selamat datang cahaya pagi
................

Huahhhhhhhhhh.....aku merasa masih mengantuk ingin rasanya aku tidur kembali tapi teringat akan Marwah,membuatku ingin Menemuinya secepat mungkin untuk mengetahui kenapa dia tidak menetapi janji pertemuan kemaren denganku,memikirkannya sudah membuatku geram.
Cepat-cepatku bersiap untuk menuju kesekolah menengah atas yang dimana tempat aku beraekolah.

**********
Dengan tergesa-gesa aku menuju kelas dan mempercepat langkahku saat aku telah sampai di kelas,dan melihat sekitar dalam kelas tidak menemukan gadis yang berjilbab itu,dan melihat bangkunya masih kosong,hmmm mungkin dia belum datang,awas kalo udah datang (dengan nada kesal).

Bell sekolah sudah berbunyi tapi belum kulihat juga wajah sahabatku itu,rasa marahku telah berubah jadi rasa takut,takut bahwa terjadi apa-apa pada sahabat ku.Akupun memilih duduk di bangku Marwah sambil menunggu kedatangannya mana tauan dia datang terlambat (sambil tersenyum).

Sekarang sudah jam istirahat tapi kenapa dia juga belum datang,smsku juga gak dibalas,uuuuhhh anak yang satu ini bikin aku cemas aja,waktu istirahat kupilih untuk tetap duduk dikelas masih dibangkunya Marwah,dari pada tidak ada kerjaan lebih baik mencoret-coret saja,saat ini aku mulai menulis didasar meja Marwah yg bertuliskan isi hati seorang Safa yang isinya :
" Marwah lo dimana,aku pengen tanggung jawab dari kamu karena membatalin pertemuan kita,aku kemaren dirumah kamu tapi kamu gak dirumah,Marwah kamu kemana??????? Kenapa kamu gak datang hari ini ? kamu sakit? Aku takut kamu kenapa-kenapa?"
Coretan Safa membuat meja Marwah lecet karena curhatan hatinya.

Saat Safa membaca tulisannya dia tertawa sendiri,dia lihat semua dasar meja Marwah hanya ada satu coretan yang panjang yaitu coretan Safa,saat Safa melihat semua dasarnya mata Safa terhenti dibagian sanding meja yang terdapat tulisan kecil yang masih dapat dikenal yaitu tulisan Marwah yang kecil yang masih bisa untuk dibaca,yang tulisannya berisikan : "aku rasa aku jatuh cinta pada Rio".
Saat membacanya Safa merasa hatinya tergores oleh belati yang goresannya menyayat hatinya yang sangat pedih ia rasakan,dia membaca tulisan itu lagi dan lagi seolah tulisan itu salah.

Hatiku tergores oleh belatiku sendiri
Belati yang tak berada ditanganku
Melainkan ditangan sahabatku
Yang menyayat hatiku
Yang terasa perih,perih dan perih

Ingin rasanya ku menangis saat ini juga tapi bell masuk telah bersuara bagaikan suara hati yang memantulkan suara lepas dari sebuah bell sekolah.

***
Setelah pulang sekolah Safa pun pergi kerumah Marwah untuk penjelasan mengenai tulisan kecil di mejanya.Tapi sayang lagi-lagi Marwah tidak ada di rumah,wajah Safa sangat merah padam saat ini antara marah dan sedih.

Seseorang pun menghampiri Safa dengan ekspresi yang sedang bersedih dia adalah Bibi Ati yang bekerja di rumah Marwah.Bibi pun menceritakan yang sebenarnya bahwa Marwah tak ada di rumah karena dia sedang berobat di Rumah Sakit.
“kenapa Bi kenapa?? Kenapa Marwah tidak pernah cerita sama Safa tentag keadaannya,dia bilang kalau Safa adalah sahabatnya tapi buktinya hal sepenting ini saja Safa gak mengetahui…jadi Safa ini sebenarnya siapanya Marwah” dengan suara tersedu-sedu
“Tenang non Safa,non Marwah selalu menganggap non Safa sebagai sahabat sejatinya tak pernah non Marwah tak mengingat non tapi dia hanya tidak ingin non Safa sedih akan kondisinya saat ini”sambil memeluk Safa

Safa menangis karena sedih dan juga penyesalan yang menghantuinya karena pernah marah kepada Marwah akan perasaan yang ia punya untuk laki-laki yang bernama Rio yang juga di cintainyaSafa pun melupakan pertanyaan yang ingin ia utarakan dan kemarahan yang mengebu-gebu tadinya.Karena itu tak ada gunanya,yang terpenting sekarang adalah kondisi Marwah.Tak terbendung akan kesedihan Safa pun pergi kerumah sakit untuk melihat keadaan sahabatnya.

Tampak oleh ku tubuh yang layu…
Yang masih diselimuti oleh kain tebal
Yang terbentang dikasur sempit
Yang dihubungkan oleh berbagai kabel bermacam warna
Infuse yang masih  terpasang rapi
Dialah sahabatku
Yang masih enggan membuka mata
Yang masih enggan untuk bicara
Yang masih enggan untuk berlari mengejar ku
Ooohhh…sahabatku
Bukalah matamu..bicaralah dan berlari lah
Untuk mengejarku..
Jadilah kuat sepeti dulu
Yang masih membuatku
Menyadari akan pentingnya dirimu disisih ku
Ayooo sahabatku bangunlah dari tidurmu
Jangan menjadi sahabat yang pemalas
Bangunlah,bagunlah sahabatku
Jangan biarkan aku menunggu mu…

“Sudah seminggu aku menunggumu di tempat yang berbaur dengan bau obat,sampai kapan aku mencium obat ini Marwah” sambil memegang erat tangan kanan Marwah.
Terkejut Safa akan jari Marwah yang sedikit mengalami kontraksi..yang kemudian mata nya mulai terpejam.
“Marwah…Marwah” panggil Safa.
Senyuman Marwah telah tampak menghiasi wajahnya yang cantik.
“Ka..pan kamu kesini Fa”Tanya Marwah yang masih lemah.
“kapan?? Seminggu yang lewat”dengan nada yang sedikit kesal
“itulah alasan kenapa aku tak mau menceritakan ke kamu tentang penyakit ku,sedangkan kamu saja marah padahal baru seminggu aku tinggalakan,gimana kalo aku meninggalkan kamu selamanya?”
Tersontak air mata Safa jatuh betubi-tubi tak disangka sahabatnya akan mengatakan sesuatu yang membuatnya sedih.
“ada apa Safa?kenapa kamu menangis”
“siapa yang tidak menangis akan kata-kata yang barusan kamu katakan,aku sahabatmu Marwah,aku tidak mau kamu tinggalkan untuk selamanya,kamu adalah hidupku,aku tak kan rela jika allah mengambilmu dariku”
“huss…kamu gak boleh gitu Safa,setiap manusia pasti menemukan ajalnya,jadi kamu harus rela akan kepergian ku nantinya,karena aku merasa aku tak akan kuat melawan penyakitku ini”
“kamu menyuruhku untuk tidak berkata begitu sedangkan kamu,mendahulukan allah,hanya allah yang tahu kapan manusia itu kan dijemput,kamu kan tidak tuhan yang mengetahui kapan kamu akan pergi,jadi kamu harus kuat jangan pantang menyerah ingatlah ada aku dan orang tua mu yang menunggu mu,jangan patahkan hati kami Marwah”
Marwah pun tersenyum lalu memeluk sahabatnya dengan erat dengan berkata “akan ku coba Safa demi kamu dan orang tua ku’

Beberapa hari telah terlewatkan hari-hari gembira di rumah sakit dengan sahabatku Marwah juga terlewatkan karena sudah saatnya allah melimpahkan kabar menyedihkan untuk ku,sahabatku dan orang tua nya bahwa saatnya perpisahan, untuk selamanya.
Denyutan jantung sang sahabat membuatku terhipnotis lemah karena mendengar denyutan jantung Marwah yang juga mulai-mulai lemah dan mulai memenjam mata sambil tersenyum manis dihadapanku dan orang tuanya.Saat mata telah tertutup saat itu jugalah perpisahan dimulai.
Ruang pasien atas nama Marwah Iskandar penuh dengan suara tangis histeris,pekikkan suara Safa terdengar sampai ujung ruang pasien lainnya,tak ada yang tak kan menangis bila ada seseorang yang disayanginya pergi ntuk meninggalkannya.
Sahabatku pergi meninggalkan sepucuk surat yang berisikan permintaan terakhirnya
“Assalamu’alaikum Safa? Maaf sebelumnya mungkin aku tidak sempat mengajukan permintaan kepadamu,karena aku rasa hidupku tak kan lama lagi,jika aku tak ada lagi disamping mu untuk menghiburmu,ntuk dengar keluh kesahmu,tapi ingatlah masih ada allah yang selalu ada untukmu,curhat lah dengan Allah dengan bersujud kepadanya tuangkan segala yang ada dihatimu.Oo iya Safa aku lupa menyebutkan permintaanku,aku harap kamu menjaga jillab-jilbab ku dengan memakainya dimana pun kamu berada,jangan biarkan jilbabku merasakan kesepian Karena pemiliknya tak ada lagi,sekurangnya jilbab-jilbabku memiliki pengganti dari pemiliknya…aku harap kamu mendengar permintaan terakhirku.Kamu tau kan kalo aku pernah bilang sama kamu bahwa menggunakan jilbab itu wajib bagi setiap wanita,kamu adalah wanita dan kamu adalah sahabatku,aku tidak mau sahabatku nantinya akan mendapatkan siksaan pedih di akhirat nantinya.Jika kamu telah memakai hijab jangan lupa untuk menyempurnakan hijabmu,oke? Aku selalu berdo’a untuk kebaikan mu,jaga dirimu baik-baik dengan hijab mu karena seseorang yang berhijab insya allah akan dijauhi dari mara bahaya,salam hangat Marwah”

Tangisan tak henti-henti dicurahkan,saat duka mendatangi dan saat itu juga perubahan menjumpai,saat sepucuk surat Marwah yang dibaca Safa,saat itu jugalah Safa berubah menjadi wanita yang cantik dengan lilitan jilbab sahabatnya.Seolah-olah jilbab Marwah adalah dirinya yang membuat Safa selalu tenang.
            Terimakasih sahabatku Marwah dengan jilbabmu ini aku merasakan ketenangan jiwa,dengan jilbabmu ini aku bisa berpikir mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus ditinggalkan,dengan jilbabmu ini aku merasakan bahwa kamu selalu ada untuk ku.Terimakasih sahabat ku dengan permintaan mu aku tidak lagi merasakan keemburuan menggebu-gebu akan dirimu.Aku berdo’a agar kamu nantinya di tempatkan di syurga Allah,aamiin.

    #the end...
Share:

“Cintaku di Curi Sahabatku”



 Karya : Icha Yulia Putri

Sebuah cinta yang tak tahu datang dari mana
Ntah dari timur….
Ntah dari barat…..
Ntah dari utara….
Atau dari selatan…
Cinta yang datang tanpa izin
Kemudian pergi dengan penuh luka gores
Yang ia tinggalkan…
Cinta ku tulus untuk nya
Tapi apalah daya ku
Karena rupa ku
Yang tak secantik sahabat ku
Yang aku di anggap
Hanya sebagai lebah
Yang mengantarkan sari bunga
Kemudian di curi oleh manusia
Untuk di jadikan madu
Seperti aku…
Yang hanya sebagai pengikat
Hati mereka
Yaitu dia dan sahabat ku…
Patah hati? Sangatttt
Sedih? Sngattt
Marah? Tentu iya
Tapi aku tak kuasa
Jika pria yang aku cintai
Hanya memandangku sebagai sahabat…
Dia tak peka akan rasa ku
Ingin rasanya aku marah,benci bahkan menjauh darinya
Tapi biarlah mungkin dia
Memang bukan untuk ku…

Ooo iya yang di atas adalah ungkapan rasa yang pernah aku alami,sebelum aku menceritakan kesedihan ku,ke kecewaan ku biarkan aku untuk memperkenalkan diri,nama ku Putri,sahabatku dulu bernama Dewi.Dia adalah sahabat ku di sekolah menengah atas dari kelas X- XII kami saling bercerita akan pelajaran,tentang masalah keluargaku,tentang siapa yang aku suka,dia pun juga begitu,pertama kami bertemu saat melaksanakan MOS yang diadakan sekolah untuk siswa dan siswi baru.Saat aku melihat nya dia begitu baik,santun dan begitu enak untuk dilihat.Tapi apa daya itu semua hanya lah kebohongan,kecantikannya menutupi sifatnya yang sebenarnya.Saat aku dekat dengannya aku belum begitu mengenalnya tapi setelah hampir tiga tahun kami bersama-sama aku baru paham akan sifatnya yang sebenarnya…

Kecantikan…
Kecantikannya membuat semua orang terpaku,terpesona,sampai lupa melihat apa yang ada di hatinya.
Aku mengetahui sifat nya yang sebenarnya yaitu saat aku memperkenalkan seseorang yang aku sukai,tapi dia tidak mengetahui karena aku tidak menceritakannya,tapi apa dia tidak pernah berfikir,segitu seringnya aku menceritakan obrolan ku dengan si dia kepadanya,walaupun tidak secara langsung aku menceritakan bagaimana perasaan ku ke dia,laki-laki yang aku sukai tapi kenapa dia tidak mengetahui,padahal aku rasa dia pasti mengetahui tentang isi hatiku..

Saat itu…
“Put?”
“apa Wi?”
“hmm… si Adit itu orangnya gimana sih,kok lo selalu cerita tentang dia?”
“orangnya asyk lo Wi,coba deh inbox dia”
“ah males,ntar dibilang SKSD(sok kenal sok deket)”
“hhahah,gak lah Wi,kan kita hanya mencari teman,iya kan”
“hmm iya sih,tapi males ah”
“yaudah kalo males gak apa-apa kok”
“iya Put”

Awalnya aku tak punya prasangka buruk akan pertanyaan dan jawaban sahabat aku itu tapi setelah dia mengulang pertanyaan yang sama mengenai Adit,aku cukup lelah mendengar pertanyaan nya sehingga aku berbuat sesuatu yang mungkin perbuatan itulah yang membuat aku merasakan kesedihan,patah hati,marah.
            Perbuatan yang mana aku inbox Adit melalui jaringan sosial milik Dewi,dengan tujuan agar Dewi bisa kenal dengan Adit yang mana dia adalah orang yang aku sukai.Aku hanya berharap saat itu bahwa sahabat ku akan mengenali orang yang aku sukai seperti sahabat-sahabat yang lain,yang saling mendekatkan orang yang dicintainya agar sahabat nya juga merasakan kebahagiaan yag ia rasakan dan juga bisa memberikan pendapat apakah Adit pantas untuk aku cintai.Tapi apa daya tujuanku untuk memperkenalkan nya dengan Adit ternyata  berbeda jauh dengan kenyataannya.
            Mereka mulai saling kenal mengenal di jaringan sosial dengan pertanyaan tentang aku,barulah tentang pribadi mereka,yang pertama hanya sekedar kenal mengenal,lalu menjadi teman,lalu menjadi sahabat,lalu menjadi orang terdekat melebihi dekatnya dari ku.

Cintaku bagaikan gelas
Yang jatuh dipermukaan yang salah
Yang kemudian pecah berkeping-keping
Sakit rasanya saat aku mengetahui
Kedekatan,keharmonisan akan kata-kata mereka
Membuat api kecemburuan ku
Naik melampaui batas
Hancur…yaa telah hancur
Air mata yang tak terpendung
Jatuh dengan rasa kecewa
Yang bercampur dengan rasa
Marah,sakit,sedih
Bayangkan air mata apa
Yang telah mengalir di pipi ku

Seminggu lebih aku menjauhi seseorang yang telah membuat ku menangis,setiap do’a yang aku pinta adalah “ya allah,jika ini yang namanya cinta yang bertepuk sebelah tangan,ataukah ini yang namanya cinta yang bukan untuk ku,jika iya,ya Allah maka hapuslah rasa itu dari hatiku,jagalah jarak ku dengan dirinya.Hapus segalanya tentang dia yang mana ia memberikan kenyamanan dengan candanya,memberikan perhatian yang mungkin akan selalu aku rindukan.Tapi ya Allah jika dia juga mencintaiku maka dekatlah kami,dan hapuslah prasangka buruk ku akan hubungannya dengan sahabat ku,aamin ya allah” dengan desakan tangis yang memburu.

Allah mengabulkan salah satu do’a ku bahwa aku melupakan dia yang pernah aku cintai karena cintanya bukan lah untukku,saat itulah aku tak lagi berharap akan cintanya lagi.Walaupun aku tahu bahwa aku lebih dulu mengenalnya dari pada sahabatku.Aku yakin akan ada pengganti cinta yang lebih baik dari dirinya dari pada cinta yang telah dicuri oleh sahabat ku.Ku yakin Allah telah menciptakan seseorang yang akan aku cinta diluar sana.

#The End…..
Share: