Karya :Icha Yulia Putri
Adzan shubuh telah di kumandangkan,sudah saatnya untukku
sebagai seorag laki-laki untuk segera menuju ke rumah allah.
“Azis…zis” ucap
tetanggaku.
“aa..iya Dul,mau ke
Mesjid juga?”
“iya zis,maka dari tu
saya manggil kamu,agar sama-sama kita ke Mesjid”
“ooo ok ok,ayo
jalan,sudah mulai khomat ni”
“ayo..”
Saat
shubuh telah menyingsing,digantikan dengan waktu dhuha,saya pun mengambil waktu
istirahat kerja untuk melaksanakan sholat yang di anjurkan oleh Rasululllah,tak
di sangka saat saya masuk ke tempat ibadah yang telah disediakan oleh kantor
untuk pekerja yang beragama islam,saat saya melewati pintu saya melihat seorang
wanita yang sedang melaksanakan sholat dhuha dengan khusyuk,begitu khusyuk nya
saat ia bersimpuh memohon kepada allah,dia meneteskan air mata,saya pun
berpikir ntah hal apa yang membuat ia meneteskan air mata seperti itu.
Tapi apalah daya ku,jika hendak mau ibadah tak boleh
menunda-nunda apalagi menunda karena penasaran dengan tangis seseorang yang
tidak di kenal,saya pun langsung melaksanakan sholat dhuha tanpa bertanya
terlebih dahulu pada waita tersebut.
Untaian
do’a telah saya sampaikan kepada allah,hanya tinggal berusaha dan bertawakal
akan do’a yang saya sampaikan tadi.Saat saya selesai berdo’a,tak saya kira
bahwa waita tadi belum juga selesai dalam do’a nyayang khusyuk tersebut.Saya
pun semakin penasaran akan perasaannya sampai-sampai do’a nya,dari saya sholat
sampai saya selesai berdo’a belum juga selesai.
Telah
tampak oleh ku wanita itu yang telah selesai dalam do’a nya.
Air mata yang mengalir di
pipi nya
Telah terhapuskan akan
kain putih yang ia bawa sholat
Tampak olehku mata yag
sembam
Raut wajah yang penuh
dengan kebimbangan
Hendak aku ingin mendekat
Untuk mengajukan untaian
pertanyaan
Tapi sontak lidah ku tak
bisa mengutarakannya
Karena tak ku sangka
Seorang wanita yang
khusyuk beribadah
Saat ia melepas kain
putih yang menutupi saat ia sholat
Begitu terkejutnya aku
Bahwa kepalanya tak
ditutupi oleh selendang
Tampak rambut yang
bergerai
Sepanjang bahu
Sontak membuatku tak jadi
bertanya
Saat itu juga niatku untuk bertanya hilang dan melupakan
wanita itu, aku pun menuju ke ruangan
kerja ku,terdengar seorang wanita memanggil-manggil seseorang tanpa
nama,tersontak aku melihat ke belakang,ternyata wanita itu adalah wanita yang
melaksanakan sholat dhuha tadi.
“Pak…pak” teriak wanita
itu.
“Ya…anda memanggil saya”.
“Iya pak,maaf sebelumnya
karena saya telah berteriak seperti itu”.
“Tiidak ada apa-apa,maaf
anda ada urusan apa ya dengan saya?”
“Ini pak” dengan
menyodorkan dompet kulit yang berwarna coklat tersebut”
“Ha..ini kan dompet saya”
dengan ekspresi yang penuh tanya.
“Ooo berarti dugaan saya
benar,saya menemukannya di tempat ibadah dan saat melihat dompet tersebut,saya
juga melihat bapak di pintu keluar dan berlalu pergi,sontak saya mengejar
bapak,dan memanggil bapak dengan berteriak”
Tidak ku sangka wanita
ini tidak hanya khusyuk dalam beribadah tapi juga hatinya yang penuh dengan
kebaikan.
“pak” panggil wanita itu
“pak..” panggil wanita
itu kembali
“ah..iya,kamu bilang apa
tadi?”
“aaaa…tadi saya bilang”
“ooo saya baru ingat”
potong ku dengan sedikit galagapan
“terimakasih ya,karena
telah mengembalikan dompet saya ini” timpalku
“iya sama-sama
pak,bukankah setiap muslim harus saling menolong”
“hmm iya benar,pokoknya
saya mengucapkan banyak-banyak terimakasih,o iya saya belum mengetahui nama
kamu siapa”
“nama saya Zahra
Rahmawati,bapak boleh manggil saya Zahra” dengan senyuman tipis di wajahnya.
“hmm Zahra,nama yang
bagus,perkenalkan nama saya Azis Al Sidiq,Zahra bisa manggil saya dengan
sebutan Azis”
“a..iya pak Azis”
“tidak usah nama
panggilan saya di depannya di tambah sebutan pak,cukup Azis saja,toh saya tidak
tua banget,hehehe”
“hehehe,iya pak..upss
i..ya A..zis” jawab Zahra dengan gelagapan.
“hmm..karena kamu telah
melakukan kebaikan kepada saya,saat makan siang nanti saya akan menaktir kamu
makan,gimana?gak menganggu kan?”
“saya melakukannya ikhlas
kok,gak harus dibalas juga,Zahra orangnya gak suka pamrih,jadi gak usah lah,saya
bisa makan di kantin aja, kan kantor ini juga menyediakan kantin bagi pegawai
nya,gak kok Zis”
“hmm ok,anggap aja ini
hanya sebuah taktiran karena kita baru kenalan bukan karena Ra menolong Zis
tadi,bisa kan?”
“mmp..ok lah”
Inilah waktu yang di tunggu-tunggu
oleh seorang Azis Al Sidiq waktu dimana ia akan makan siang di Restoran bersama
Zahra yang membuatnya tadi pagi penasaran akan hal yang Zahra tangisi tadi..
“silahkan duduk” ucap
Azis
“mm..iya”
Mereka pun memesan
makanan sesuai selera mereka,saat mereka menyelesaikan makan siang mereka,Azis
pun memberanikan diri untuk bertanya pada Zahra akan hal yang ia tangisi.
“Ra,Zis boleh Tanya
sesuatu’
“i..ya boleh,apa itu Zis?”
“tadi di saat dhuha aku
melihat mu berdo’a sambil menangis tersedu-sedu sangat lama sekali,sehingga
membuatku penasaran akan hal yang kamu tangisi sampai selama itu,maaf jika itu
termasuk urusan pribadi mu,jika kamu tidak mau menjawabnya tidak apa-apa”
“iya..tidak apa-apa
Zis,yang membuatku menangis itu di karenakan aku masih bimbang akan permintaan
terakhir dari ibuku”
“permintaan seperti apa
yang di ajukan ibumu kepadamu,sampai-sampai membuatmu bimbang untuk
melakukannya”
“ibuku memintaku agar aku
memakai jilbab,tetapi aku belum siap untuk melakukannya”
“Zahra memakai jilbab
tidak perlu kata siap atau tidak,karena memakai jilbab adalah kewajiban setiap
wanita,sebenarnya ibumu sudah terlambat menyuruhmu untuk memakai jilbab,tapi
apalah daya ku,aku bukan Allah yang bisa menentukan terlambat atau tidaknya
seseorang untuk berubah menjadi yang lebih baik,jadi lebih baik kamu segera
menutupi aurat mu”
“tapi Zis,Ra sedikit ragu
tuk melakukannya”
“alasan apalagi yang
membuatmu ragu,selain dari kata belum siap?”
“aku takut pegawai kantor
yang lain bertanya-tanya tentang perubahanku atau jangan-jangan mereka akan
menertawakanku”
“tunggu sebentar
Zahra,aku akan kembali dengan membawa sesuatu yang membuatmu yakin dan merasa
bersalah karena telah ragu akan berhijab”
“Azis mau kemana”
“tunggu sebentar Ra,aku
akan kembali,tunggu saja”
Dengan berlari Azis pergi
ke tempat yang ia akan menemukan sesuatu yang tak kan membuat Zahra ragu akan
permintaan ibuya.
10 menit kemudian…Azis
kembali ke restoran yang mana Zahra menunggu kedatangannya,Azis membawa sebuah
kantong lalu menyodorkannya pada Zahra.
“apa ini” sambil menatap
Azis.
“lihatlah apa isinya”
Kemudian Zahra
membukanya,dia pun bertanya-tanya didalam hati
“kenapa Azis memberiku
Al-Quran kecil,maksudnya apa”
Zahra pun tersontak kaget
akan perkataan Azis yang menjawab pertanyaan dari hati Zahra.
“yaa itu adalah Quran
kecil untukmu,itulah sesuatu yang tidak akan membuatmu ragu lagi untuk
melaksanakan permintaan ibumu”
“dengan apa Al- Quran ini
akan membuatku memakai hijab?’
“bukalah Al-Quran itu
dengan bismillah lalu lihatlah surat An-Nur ayat 31”
Zahra pun mencari surat
An-Nur ayat 31 lalu menjumpai suratnya.
“aku menemukan
suratnya”ucap Zahra
“bacalah terjemahan suratnya”jawab
Azis
Zahra pun
membacanya,terjemahan surat tersebut berisikan.
“Dan katakanlah kepada
wanita-wanita yang beriman: ‘hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhisannya kecuali
yang biasa Nampak dari padanya.Dan hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke dadanya”
Wanita
yang berada di depanku ini matanya mulai berlinang.Aku hanya ingin membuatnya
sadar bahwa berjilbab itu wajib bagi seorang wanita walaupun itu akan
membuatnya menangis dan menyesal itu aku lakukan demi kebaikannya sendiri.
“apalagi yang kamu ketahui
Azis”dengan suara yang menahan tangis
“aku pernah membaca
sebuah cerita tentang Imam Ali dengan Rasulullah,pada saat itu Imam Ali as
berkata’saya dan Fatimah menghadap Rasulullah dan kami melihat beliau dalam
keadaan menangis tersedu-sedu dan mereka pun berkata pada beliau’Demi ayah dan
ibuku sebagai jaminanmu,apa yang membuat anda menangis,tersedu-sedu’ucap
Ali.Rasulullah bersabda “wahai Ali pada malam mi’raj ketika aku pergi ke
langit,aku melihat wanita-wanita umatku dalam azab dan siksa yang sangat pedih
sehingga aku tidak mengenali mereka.Oleh karena itu,sejak aku melihat pedihnya
azab dan siksa mereka ,aku menangis’.Itulah salah satu yang aku ketahui,masih
banyak lagi dalil-dalil mengenai wajibnya wanita memakai hijab” jawab Azis.
Azis pun berhenti bicara tampak olehnya wanita itu
menahan tangis yang luar biasa.
“keluarkanlah semua yang
ada dihatimu,jagan ditahan karena itu akan menimbulkan penyakit hati yang
mendalam,keluarkan semuanya,menangislah sepuasnya”
Zahra pun menuruti
perkataan Azis,ia menangis sejadi-jadinya,air mata terus mengalir di pipinya.
“Sungguh bodohnya aku
Azis karena ragu akan perintah Allah,aku malu Azis karena tahu baru sekarang, itu
pun karena aku jarang membaca Al-Quran,aku lebih sering sholat dari pada
mengaji,lihatlah apa yang aku lakukan selama ini aku akan sama seperti wanita
yang dilihat oleh Rasulullah yang mendapatkan azab yang pedih,sungguh dosa
besar yang telah aku perbuat”
Zahra pun berlari sambil
menagis,ia menutupi kepalanya dengan tas berwarna silver yang ia pakai tadi.
“mungkin penyesalan telah
ia rasakan sekarang ini,mudah-mudahan besok ia telah berubah menjadi wanita
yang sholehah dengan lilitan jilbab yang menghiasi kepalanya”
Pagi
telah datang bersamaan dengan harapan Azis akan Zahra,apakah ia telah berubah,yang
benar saja seorang wanita yang tampak beda dengan lilitan jilbab putih yang
menutupi hal yang sesungguhnya tak terlihat,wajahnya terlihat begitu
cantik,anggun dengan pakaian tertutup sungguh dia seperti bukan Zahra yang aku
kenal kemaren.
“Assalamu’alaikum”ucap
Zahra
“Wa’alaikum salam” jawab
Azis
Azis
menatap Zahra tanpa henti,membuat Zahra salah tingkah,Zahra pun mencoba
menghentikan pandangan Azis dengan berkata “jagalah pandangan mu Azis karena
aku bukanlah istrimu yang sesuka hatimu untuk kamu pandang”
“astaghfirullah sungguh
aku tak sengaja Zahra,engkau telah membuatku terpesona akan perubahanmu”
Zahra hanya tersenyum
mendengar perkataan Azis.
“Ra,aku tahu bahwa kita
baru kenal kemaren,tapi sungguh aku tidak mau mendapatkan dosa karena aku selalu
memandang yang bukan mukhrim ku,oleh karena itu mau kah engkau mencegah agar
aku tak mendapatkan dosa itu”
“apa yang harus aku
lakukan Zis”
“cukup engkau menjawab
iya”
“iya untuk apa”
“untuk setuju aku
menikahimu”
“Zahra pun tersenyum lalu
mengangguk pelan”
“apakah iya” Tanya Azis
“iya,aku setuju”
Besoknya mereka pun
menikah…itu dikarenakan Azis tidak mau lama-lama karena itu akan membuatnya
khawatir akan dosa yang akan menimpanya
nantinya.Mereka pun menikah dengan sederhana,ucapan terimakasih yang tidak
henti-hentinya Zahra ucapkan kepada suaminya karena telah memberikan Al-Quran
kecil yang membuatnya sadar akan kewajibannya bagi seorang wanita untuk
menutupi aurat dengan memakai hijab.
#the end