Karya :Icha Yulia Putri
Sepoi sepoi angin menyejukkan hatiku
apalagi melihat keanggunan sahabatku yang satu ini dengan lilitan jilbab yang
panjang menutupi yang seharusnya tak terlihat.Wajahnya cerah karena sering berwudu',Pakaiannya
rapi dan tubuhnya ditutupi oleh pakaian yang panjang hanya telapak tangan dan
wajah saja yang dapat kulihat,tak pernah kulihat sahabatku ini tidak berjilbab
walaupun aku sering kerumahnya tapi kepalanya selalu dilapisi dengan jilbab.
Aku
selalu iri dengannya andaikan aku bisa sepertinya tapi keadaan ku lah yang
membuatku tak bisa menuruti langkah sahabatku untuk melaksanakan perintah allah
yang satu itu yaitu berhijab.Aku adalah anak basket dan aku sebagai kaptennya
tidak mungkin seorang kapten memakai jilbab,karena menurutku itu lucu,aku tidak
mau dijadikan bahan ketawaan.Dan aku pun membiarkan keirianku pada sahabatku
itu tumbuh didalam hatiku ntah jadi apa dia kelak nya.
Jam 14:30 aku ada
pelatihan basket dan saat ini istirahat tak kusangka diujung taman kulihat
sesosok sahabatku yang islami itu yaitu Marwah.
"Marwah....???"
panggilku dengan sedikit berteriak.
Marwah pun menatap pada
asal suara yaitu dilapangan basket.
"Iya Safa,ada
apa?" dengan menghampiri Safa.
"Nanti aku ke rumah
kamu ya????".
"Iya Safa,tapi ada
apa Fa?".
"Biasa pengen
curhat"
"Curhat tentang Rio
lagi ya?" dengan sedikit tertawa.
"Husss jangan-jangan
kuat-kuat Marwah ntar kedenger sama anak basket yang lain"
Marwah pun tertawa kecil
sambil mengangguk.
"Oya Marwah pulang
dulu ya Fa,soalnya ada urusan ni"
"Hmmm yaudah Marwah
gak papa kok soalnya aku latihan basket waktunya agak ngelenceng jauh dari
waktu biasanya,jadi mungkin aku kerumah Marwah sekitar jam lima sorean,jadi
siapin aja makanannya ya!,hehehe"
"Iya Safa,aku pasti
buatin kok,yaudah aku pergi dulu ya,assalamu'alaikum"
"Waalaikum
salam"
Langkah kaki Marwah sudah
mulai menjauh dari pendengaranku,kuharap dia pulang dengan selamat.
*****
Latihan basket pun
selesai...
Setelah Safa selesai
latihan basket bersama groupnya,dia pun langsung pulang dan mulai membersihkan
diri,agar ia tetap cantik,bersih dan wangi saat tiba dirumah Marwah.Entah
kenapa dia selalu iri dengan Marwah dan ingin tampil lebih baik dari Marwah
walaupun tidak harus tampil seperti Marwah dengan lilitan jilbab.
"Kini saatnya
berangkat,tunggu dulu......
Akupun mengendus-endus
badanku,oh sudah wangi,tampilan sudah ok,saatnya berangkat." dengan wajah
yang ceria.
Saat motor matic ku telah
ku lajukan sekitar 20 memit motor matic ku pun berhenti,ya ditempat tujuan
rumah Marwah,rumahnya agak lumayan besar dengan pembantu wanita dua orang,satu
pria,satu supir dan satu satpam,bayangkan saja besarnya jika dilihat dari
pekerja didalam rumahnya.Marwah adalah anak yang cukup terpandang walaupun
sahabatku ini terpandang tapi dia tidak pernah sombong dengan yang dia
punya,itulah yang membuatku menyukainya sebagai sahabat.Kondisi ku tidak jauh
dari kondisinya Marwah,aku juga anak yg berpunya dalam materi tapi walaupun
begitu aku lebih suka melakukan sesuatu dengan sendiri tidak seperti anak kaya
lainnya yang menggunakan kekayaan orangtuanya untuk popularitas dengan diantar
supir lah,shopinglah,bahkan setiap minggu ngadain party.Dari semua kehidupanku
dan Marwah hanya itu kesamaan yang baru aku ketahui bahwa kami tidak suka
memamerkan kekayaan orangtua.
Tadi aku pergi dengan
wajah ceria tapi saat telah datang ditempat tujuan wajah ku berubah murung.
Karena memdengar jawaban
bibi pembantunya Marwah bahwa Marwah tidak ada dirumah.
"Aku dan Marwah
telah membuat janji tapi kenapa dianya yang gak ada" mengonceh tak
menentu.
Bibi pun ikut bicara
"Hmmm mungkin non Marwah lupa non"
"Iya mungkin
bi,yaudah deh bi,Safa pulang dulu,ntar kalo Marwah udah pulang bilangin ya bi
kalo Safa tadi kesini"
"Ya non Safa" .
Sepulang dari rumah
Marwah aku mengonceh tanpa henti smapai-sampai air liur didalam mulutku
kering.Aku pulang dengan rasa kecewa,sampai waktu tidur pun datang rasa kecewa
masih melekat dalam hatiku sampai aku terlelap.
Langit yang tadi gelap
kini telah menjadi putih
Tadinya malam hanya
diterangi cahaya bulan dan bintang
Tapi kini telah diterangi
dengan sibesar matahari
Cahayanya menyilaukan
diwaktu pagi
Yang menerobos masuk
melawan jendela kamar
Yang membuatku terjaga
akan cahayanya
Yang membuatku
memenjamkan mata akan silaunya
Dan yang membuatku
gelisah karena panasnya
Selamat datang cahaya
pagi
................
Huahhhhhhhhhh.....aku
merasa masih mengantuk ingin rasanya aku tidur kembali tapi teringat akan
Marwah,membuatku ingin Menemuinya secepat mungkin untuk mengetahui kenapa dia
tidak menetapi janji pertemuan kemaren denganku,memikirkannya sudah membuatku
geram.
Cepat-cepatku bersiap
untuk menuju kesekolah menengah atas yang dimana tempat aku beraekolah.
**********
Dengan tergesa-gesa aku
menuju kelas dan mempercepat langkahku saat aku telah sampai di kelas,dan
melihat sekitar dalam kelas tidak menemukan gadis yang berjilbab itu,dan
melihat bangkunya masih kosong,hmmm mungkin dia belum datang,awas kalo udah
datang (dengan nada kesal).
Bell sekolah sudah
berbunyi tapi belum kulihat juga wajah sahabatku itu,rasa marahku telah berubah
jadi rasa takut,takut bahwa terjadi apa-apa pada sahabat ku.Akupun memilih
duduk di bangku Marwah sambil menunggu kedatangannya mana tauan dia datang
terlambat (sambil tersenyum).
Sekarang sudah jam
istirahat tapi kenapa dia juga belum datang,smsku juga gak dibalas,uuuuhhh anak
yang satu ini bikin aku cemas aja,waktu istirahat kupilih untuk tetap duduk
dikelas masih dibangkunya Marwah,dari pada tidak ada kerjaan lebih baik
mencoret-coret saja,saat ini aku mulai menulis didasar meja Marwah yg
bertuliskan isi hati seorang Safa yang isinya :
" Marwah lo dimana,aku
pengen tanggung jawab dari kamu karena membatalin pertemuan kita,aku kemaren
dirumah kamu tapi kamu gak dirumah,Marwah kamu kemana??????? Kenapa kamu gak
datang hari ini ? kamu sakit? Aku takut kamu kenapa-kenapa?"
Coretan Safa membuat meja
Marwah lecet karena curhatan hatinya.
Saat Safa membaca
tulisannya dia tertawa sendiri,dia lihat semua dasar meja Marwah hanya ada satu
coretan yang panjang yaitu coretan Safa,saat Safa melihat semua dasarnya mata
Safa terhenti dibagian sanding meja yang terdapat tulisan kecil yang masih
dapat dikenal yaitu tulisan Marwah yang kecil yang masih bisa untuk dibaca,yang
tulisannya berisikan : "aku rasa aku jatuh cinta pada Rio".
Saat membacanya Safa
merasa hatinya tergores oleh belati yang goresannya menyayat hatinya yang
sangat pedih ia rasakan,dia membaca tulisan itu lagi dan lagi seolah tulisan
itu salah.
Hatiku tergores oleh
belatiku sendiri
Belati yang tak berada
ditanganku
Melainkan ditangan
sahabatku
Yang menyayat hatiku
Yang terasa perih,perih
dan perih
Ingin rasanya ku menangis
saat ini juga tapi bell masuk telah bersuara bagaikan suara hati yang
memantulkan suara lepas dari sebuah bell sekolah.
***
Setelah pulang sekolah
Safa pun pergi kerumah Marwah untuk penjelasan mengenai tulisan kecil di
mejanya.Tapi sayang lagi-lagi Marwah tidak ada di rumah,wajah Safa sangat merah
padam saat ini antara marah dan sedih.
Seseorang pun menghampiri
Safa dengan ekspresi yang sedang bersedih dia adalah Bibi Ati yang bekerja di
rumah Marwah.Bibi pun menceritakan yang sebenarnya bahwa Marwah tak ada di
rumah karena dia sedang berobat di Rumah Sakit.
“kenapa Bi kenapa??
Kenapa Marwah tidak pernah cerita sama Safa tentag keadaannya,dia bilang kalau
Safa adalah sahabatnya tapi buktinya hal sepenting ini saja Safa gak
mengetahui…jadi Safa ini sebenarnya siapanya Marwah” dengan suara tersedu-sedu
“Tenang non Safa,non
Marwah selalu menganggap non Safa sebagai sahabat sejatinya tak pernah non
Marwah tak mengingat non tapi dia hanya tidak ingin non Safa sedih akan
kondisinya saat ini”sambil memeluk Safa
Safa menangis karena
sedih dan juga penyesalan yang menghantuinya karena pernah marah kepada Marwah akan
perasaan yang ia punya untuk laki-laki yang bernama Rio yang juga di cintainyaSafa
pun melupakan pertanyaan yang ingin ia utarakan dan kemarahan yang mengebu-gebu
tadinya.Karena itu tak ada gunanya,yang terpenting sekarang adalah kondisi
Marwah.Tak terbendung akan kesedihan Safa pun pergi kerumah sakit untuk melihat
keadaan sahabatnya.
Tampak oleh ku tubuh yang
layu…
Yang masih diselimuti
oleh kain tebal
Yang terbentang dikasur
sempit
Yang dihubungkan oleh
berbagai kabel bermacam warna
Infuse yang masih terpasang rapi
Dialah sahabatku
Yang masih enggan membuka
mata
Yang masih enggan untuk
bicara
Yang masih enggan untuk
berlari mengejar ku
Ooohhh…sahabatku
Bukalah matamu..bicaralah
dan berlari lah
Untuk mengejarku..
Jadilah kuat sepeti dulu
Yang masih membuatku
Menyadari akan pentingnya
dirimu disisih ku
Ayooo sahabatku bangunlah
dari tidurmu
Jangan menjadi sahabat
yang pemalas
Bangunlah,bagunlah
sahabatku
Jangan biarkan aku
menunggu mu…
“Sudah seminggu aku
menunggumu di tempat yang berbaur dengan bau obat,sampai kapan aku mencium obat
ini Marwah” sambil memegang erat tangan kanan Marwah.
Terkejut Safa akan jari
Marwah yang sedikit mengalami kontraksi..yang kemudian mata nya mulai terpejam.
“Marwah…Marwah” panggil
Safa.
Senyuman Marwah telah
tampak menghiasi wajahnya yang cantik.
“Ka..pan kamu kesini
Fa”Tanya Marwah yang masih lemah.
“kapan?? Seminggu yang
lewat”dengan nada yang sedikit kesal
“itulah alasan kenapa aku
tak mau menceritakan ke kamu tentang penyakit ku,sedangkan kamu saja marah
padahal baru seminggu aku tinggalakan,gimana kalo aku meninggalkan kamu
selamanya?”
Tersontak air mata Safa
jatuh betubi-tubi tak disangka sahabatnya akan mengatakan sesuatu yang
membuatnya sedih.
“ada apa Safa?kenapa kamu
menangis”
“siapa yang tidak
menangis akan kata-kata yang barusan kamu katakan,aku sahabatmu Marwah,aku
tidak mau kamu tinggalkan untuk selamanya,kamu adalah hidupku,aku tak kan rela
jika allah mengambilmu dariku”
“huss…kamu gak boleh gitu
Safa,setiap manusia pasti menemukan ajalnya,jadi kamu harus rela akan kepergian
ku nantinya,karena aku merasa aku tak akan kuat melawan penyakitku ini”
“kamu menyuruhku untuk
tidak berkata begitu sedangkan kamu,mendahulukan allah,hanya allah yang tahu
kapan manusia itu kan dijemput,kamu kan tidak tuhan yang mengetahui kapan kamu akan
pergi,jadi kamu harus kuat jangan pantang menyerah ingatlah ada aku dan orang
tua mu yang menunggu mu,jangan patahkan hati kami Marwah”
Marwah pun tersenyum lalu
memeluk sahabatnya dengan erat dengan berkata “akan ku coba Safa demi kamu dan
orang tua ku’
Beberapa
hari telah terlewatkan hari-hari gembira di rumah sakit dengan sahabatku Marwah
juga terlewatkan karena sudah saatnya allah melimpahkan kabar menyedihkan untuk
ku,sahabatku dan orang tua nya bahwa saatnya perpisahan, untuk selamanya.
Denyutan jantung sang
sahabat membuatku terhipnotis lemah karena mendengar denyutan jantung Marwah
yang juga mulai-mulai lemah dan mulai memenjam mata sambil tersenyum manis
dihadapanku dan orang tuanya.Saat mata telah tertutup saat itu jugalah
perpisahan dimulai.
Ruang
pasien atas nama Marwah Iskandar penuh dengan suara tangis histeris,pekikkan
suara Safa terdengar sampai ujung ruang pasien lainnya,tak ada yang tak kan
menangis bila ada seseorang yang disayanginya pergi ntuk meninggalkannya.
Sahabatku
pergi meninggalkan sepucuk surat yang berisikan permintaan terakhirnya
“Assalamu’alaikum Safa?
Maaf sebelumnya mungkin aku tidak sempat mengajukan permintaan kepadamu,karena
aku rasa hidupku tak kan lama lagi,jika aku tak ada lagi disamping mu untuk
menghiburmu,ntuk dengar keluh kesahmu,tapi ingatlah masih ada allah yang selalu
ada untukmu,curhat lah dengan Allah dengan bersujud kepadanya tuangkan segala
yang ada dihatimu.Oo iya Safa aku lupa menyebutkan permintaanku,aku harap kamu
menjaga jillab-jilbab ku dengan memakainya dimana pun kamu berada,jangan
biarkan jilbabku merasakan kesepian Karena pemiliknya tak ada lagi,sekurangnya
jilbab-jilbabku memiliki pengganti dari pemiliknya…aku harap kamu mendengar
permintaan terakhirku.Kamu tau kan kalo aku pernah bilang sama kamu bahwa
menggunakan jilbab itu wajib bagi setiap wanita,kamu adalah wanita dan kamu
adalah sahabatku,aku tidak mau sahabatku nantinya akan mendapatkan siksaan
pedih di akhirat nantinya.Jika kamu telah memakai hijab jangan lupa untuk
menyempurnakan hijabmu,oke? Aku selalu berdo’a untuk kebaikan mu,jaga dirimu
baik-baik dengan hijab mu karena seseorang yang berhijab insya allah akan
dijauhi dari mara bahaya,salam hangat Marwah”
Tangisan tak henti-henti
dicurahkan,saat duka mendatangi dan saat itu juga perubahan menjumpai,saat
sepucuk surat Marwah yang dibaca Safa,saat itu jugalah Safa berubah menjadi
wanita yang cantik dengan lilitan jilbab sahabatnya.Seolah-olah jilbab Marwah
adalah dirinya yang membuat Safa selalu tenang.
Terimakasih sahabatku Marwah dengan jilbabmu ini aku
merasakan ketenangan jiwa,dengan jilbabmu ini aku bisa berpikir mana perbuatan
yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus ditinggalkan,dengan jilbabmu
ini aku merasakan bahwa kamu selalu ada untuk ku.Terimakasih sahabat ku dengan
permintaan mu aku tidak lagi merasakan keemburuan menggebu-gebu akan dirimu.Aku
berdo’a agar kamu nantinya di tempatkan di syurga Allah,aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar