Kamis, 21 Januari 2016

"Jilbab Mu Menjadi Jilbab Ku"




Karya :Icha Yulia Putri

       Sepoi sepoi angin menyejukkan hatiku apalagi melihat keanggunan sahabatku yang satu ini dengan lilitan jilbab yang panjang menutupi yang seharusnya tak terlihat.Wajahnya cerah karena sering berwudu',Pakaiannya rapi dan tubuhnya ditutupi oleh pakaian yang panjang hanya telapak tangan dan wajah saja yang dapat kulihat,tak pernah kulihat sahabatku ini tidak berjilbab walaupun aku sering kerumahnya tapi kepalanya selalu dilapisi dengan jilbab.
      Aku selalu iri dengannya andaikan aku bisa sepertinya tapi keadaan ku lah yang membuatku tak bisa menuruti langkah sahabatku untuk melaksanakan perintah allah yang satu itu yaitu berhijab.Aku adalah anak basket dan aku sebagai kaptennya tidak mungkin seorang kapten memakai jilbab,karena menurutku itu lucu,aku tidak mau dijadikan bahan ketawaan.Dan aku pun membiarkan keirianku pada sahabatku itu tumbuh didalam hatiku ntah jadi apa dia kelak nya.

Jam 14:30 aku ada pelatihan basket dan saat ini istirahat tak kusangka diujung taman kulihat sesosok sahabatku yang islami itu yaitu Marwah.

"Marwah....???" panggilku dengan sedikit berteriak.
Marwah pun menatap pada asal suara yaitu dilapangan basket.
"Iya Safa,ada apa?" dengan menghampiri Safa.
"Nanti aku ke rumah kamu ya????".
"Iya Safa,tapi ada apa Fa?".
"Biasa pengen curhat"
"Curhat tentang Rio lagi ya?" dengan sedikit tertawa.
"Husss jangan-jangan kuat-kuat Marwah ntar kedenger sama anak basket yang lain"
Marwah pun tertawa kecil sambil mengangguk.
"Oya Marwah pulang dulu ya Fa,soalnya ada urusan ni"
"Hmmm yaudah Marwah gak papa kok soalnya aku latihan basket waktunya agak ngelenceng jauh dari waktu biasanya,jadi mungkin aku kerumah Marwah sekitar jam lima sorean,jadi siapin aja makanannya ya!,hehehe"
"Iya Safa,aku pasti buatin kok,yaudah aku pergi dulu ya,assalamu'alaikum"
"Waalaikum salam"
Langkah kaki Marwah sudah mulai menjauh dari pendengaranku,kuharap dia pulang dengan selamat.

*****
Latihan basket pun selesai...
Setelah Safa selesai latihan basket bersama groupnya,dia pun langsung pulang dan mulai membersihkan diri,agar ia tetap cantik,bersih dan wangi saat tiba dirumah Marwah.Entah kenapa dia selalu iri dengan Marwah dan ingin tampil lebih baik dari Marwah walaupun tidak harus tampil seperti Marwah dengan lilitan jilbab.
"Kini saatnya berangkat,tunggu dulu......
Akupun mengendus-endus badanku,oh sudah wangi,tampilan sudah ok,saatnya berangkat." dengan wajah yang ceria.

Saat motor matic ku telah ku lajukan sekitar 20 memit motor matic ku pun berhenti,ya ditempat tujuan rumah Marwah,rumahnya agak lumayan besar dengan pembantu wanita dua orang,satu pria,satu supir dan satu satpam,bayangkan saja besarnya jika dilihat dari pekerja didalam rumahnya.Marwah adalah anak yang cukup terpandang walaupun sahabatku ini terpandang tapi dia tidak pernah sombong dengan yang dia punya,itulah yang membuatku menyukainya sebagai sahabat.Kondisi ku tidak jauh dari kondisinya Marwah,aku juga anak yg berpunya dalam materi tapi walaupun begitu aku lebih suka melakukan sesuatu dengan sendiri tidak seperti anak kaya lainnya yang menggunakan kekayaan orangtuanya untuk popularitas dengan diantar supir lah,shopinglah,bahkan setiap minggu ngadain party.Dari semua kehidupanku dan Marwah hanya itu kesamaan yang baru aku ketahui bahwa kami tidak suka memamerkan kekayaan orangtua.

Tadi aku pergi dengan wajah ceria tapi saat telah datang ditempat tujuan wajah ku berubah murung.
Karena memdengar jawaban bibi pembantunya Marwah bahwa Marwah tidak ada dirumah.
"Aku dan Marwah telah membuat janji tapi kenapa dianya yang gak ada" mengonceh tak menentu.
Bibi pun ikut bicara "Hmmm mungkin non Marwah lupa non"
"Iya mungkin bi,yaudah deh bi,Safa pulang dulu,ntar kalo Marwah udah pulang bilangin ya bi kalo Safa tadi kesini"
"Ya non Safa" .

Sepulang dari rumah Marwah aku mengonceh tanpa henti smapai-sampai air liur didalam mulutku kering.Aku pulang dengan rasa kecewa,sampai waktu tidur pun datang rasa kecewa masih melekat dalam hatiku sampai aku terlelap.

Langit yang tadi gelap kini telah menjadi putih
Tadinya malam hanya diterangi cahaya bulan dan bintang
Tapi kini telah diterangi dengan sibesar matahari
Cahayanya menyilaukan diwaktu pagi
Yang menerobos masuk melawan jendela kamar
Yang membuatku terjaga akan cahayanya
Yang membuatku memenjamkan mata akan silaunya
Dan yang membuatku gelisah karena panasnya
Selamat datang cahaya pagi
................

Huahhhhhhhhhh.....aku merasa masih mengantuk ingin rasanya aku tidur kembali tapi teringat akan Marwah,membuatku ingin Menemuinya secepat mungkin untuk mengetahui kenapa dia tidak menetapi janji pertemuan kemaren denganku,memikirkannya sudah membuatku geram.
Cepat-cepatku bersiap untuk menuju kesekolah menengah atas yang dimana tempat aku beraekolah.

**********
Dengan tergesa-gesa aku menuju kelas dan mempercepat langkahku saat aku telah sampai di kelas,dan melihat sekitar dalam kelas tidak menemukan gadis yang berjilbab itu,dan melihat bangkunya masih kosong,hmmm mungkin dia belum datang,awas kalo udah datang (dengan nada kesal).

Bell sekolah sudah berbunyi tapi belum kulihat juga wajah sahabatku itu,rasa marahku telah berubah jadi rasa takut,takut bahwa terjadi apa-apa pada sahabat ku.Akupun memilih duduk di bangku Marwah sambil menunggu kedatangannya mana tauan dia datang terlambat (sambil tersenyum).

Sekarang sudah jam istirahat tapi kenapa dia juga belum datang,smsku juga gak dibalas,uuuuhhh anak yang satu ini bikin aku cemas aja,waktu istirahat kupilih untuk tetap duduk dikelas masih dibangkunya Marwah,dari pada tidak ada kerjaan lebih baik mencoret-coret saja,saat ini aku mulai menulis didasar meja Marwah yg bertuliskan isi hati seorang Safa yang isinya :
" Marwah lo dimana,aku pengen tanggung jawab dari kamu karena membatalin pertemuan kita,aku kemaren dirumah kamu tapi kamu gak dirumah,Marwah kamu kemana??????? Kenapa kamu gak datang hari ini ? kamu sakit? Aku takut kamu kenapa-kenapa?"
Coretan Safa membuat meja Marwah lecet karena curhatan hatinya.

Saat Safa membaca tulisannya dia tertawa sendiri,dia lihat semua dasar meja Marwah hanya ada satu coretan yang panjang yaitu coretan Safa,saat Safa melihat semua dasarnya mata Safa terhenti dibagian sanding meja yang terdapat tulisan kecil yang masih dapat dikenal yaitu tulisan Marwah yang kecil yang masih bisa untuk dibaca,yang tulisannya berisikan : "aku rasa aku jatuh cinta pada Rio".
Saat membacanya Safa merasa hatinya tergores oleh belati yang goresannya menyayat hatinya yang sangat pedih ia rasakan,dia membaca tulisan itu lagi dan lagi seolah tulisan itu salah.

Hatiku tergores oleh belatiku sendiri
Belati yang tak berada ditanganku
Melainkan ditangan sahabatku
Yang menyayat hatiku
Yang terasa perih,perih dan perih

Ingin rasanya ku menangis saat ini juga tapi bell masuk telah bersuara bagaikan suara hati yang memantulkan suara lepas dari sebuah bell sekolah.

***
Setelah pulang sekolah Safa pun pergi kerumah Marwah untuk penjelasan mengenai tulisan kecil di mejanya.Tapi sayang lagi-lagi Marwah tidak ada di rumah,wajah Safa sangat merah padam saat ini antara marah dan sedih.

Seseorang pun menghampiri Safa dengan ekspresi yang sedang bersedih dia adalah Bibi Ati yang bekerja di rumah Marwah.Bibi pun menceritakan yang sebenarnya bahwa Marwah tak ada di rumah karena dia sedang berobat di Rumah Sakit.
“kenapa Bi kenapa?? Kenapa Marwah tidak pernah cerita sama Safa tentag keadaannya,dia bilang kalau Safa adalah sahabatnya tapi buktinya hal sepenting ini saja Safa gak mengetahui…jadi Safa ini sebenarnya siapanya Marwah” dengan suara tersedu-sedu
“Tenang non Safa,non Marwah selalu menganggap non Safa sebagai sahabat sejatinya tak pernah non Marwah tak mengingat non tapi dia hanya tidak ingin non Safa sedih akan kondisinya saat ini”sambil memeluk Safa

Safa menangis karena sedih dan juga penyesalan yang menghantuinya karena pernah marah kepada Marwah akan perasaan yang ia punya untuk laki-laki yang bernama Rio yang juga di cintainyaSafa pun melupakan pertanyaan yang ingin ia utarakan dan kemarahan yang mengebu-gebu tadinya.Karena itu tak ada gunanya,yang terpenting sekarang adalah kondisi Marwah.Tak terbendung akan kesedihan Safa pun pergi kerumah sakit untuk melihat keadaan sahabatnya.

Tampak oleh ku tubuh yang layu…
Yang masih diselimuti oleh kain tebal
Yang terbentang dikasur sempit
Yang dihubungkan oleh berbagai kabel bermacam warna
Infuse yang masih  terpasang rapi
Dialah sahabatku
Yang masih enggan membuka mata
Yang masih enggan untuk bicara
Yang masih enggan untuk berlari mengejar ku
Ooohhh…sahabatku
Bukalah matamu..bicaralah dan berlari lah
Untuk mengejarku..
Jadilah kuat sepeti dulu
Yang masih membuatku
Menyadari akan pentingnya dirimu disisih ku
Ayooo sahabatku bangunlah dari tidurmu
Jangan menjadi sahabat yang pemalas
Bangunlah,bagunlah sahabatku
Jangan biarkan aku menunggu mu…

“Sudah seminggu aku menunggumu di tempat yang berbaur dengan bau obat,sampai kapan aku mencium obat ini Marwah” sambil memegang erat tangan kanan Marwah.
Terkejut Safa akan jari Marwah yang sedikit mengalami kontraksi..yang kemudian mata nya mulai terpejam.
“Marwah…Marwah” panggil Safa.
Senyuman Marwah telah tampak menghiasi wajahnya yang cantik.
“Ka..pan kamu kesini Fa”Tanya Marwah yang masih lemah.
“kapan?? Seminggu yang lewat”dengan nada yang sedikit kesal
“itulah alasan kenapa aku tak mau menceritakan ke kamu tentang penyakit ku,sedangkan kamu saja marah padahal baru seminggu aku tinggalakan,gimana kalo aku meninggalkan kamu selamanya?”
Tersontak air mata Safa jatuh betubi-tubi tak disangka sahabatnya akan mengatakan sesuatu yang membuatnya sedih.
“ada apa Safa?kenapa kamu menangis”
“siapa yang tidak menangis akan kata-kata yang barusan kamu katakan,aku sahabatmu Marwah,aku tidak mau kamu tinggalkan untuk selamanya,kamu adalah hidupku,aku tak kan rela jika allah mengambilmu dariku”
“huss…kamu gak boleh gitu Safa,setiap manusia pasti menemukan ajalnya,jadi kamu harus rela akan kepergian ku nantinya,karena aku merasa aku tak akan kuat melawan penyakitku ini”
“kamu menyuruhku untuk tidak berkata begitu sedangkan kamu,mendahulukan allah,hanya allah yang tahu kapan manusia itu kan dijemput,kamu kan tidak tuhan yang mengetahui kapan kamu akan pergi,jadi kamu harus kuat jangan pantang menyerah ingatlah ada aku dan orang tua mu yang menunggu mu,jangan patahkan hati kami Marwah”
Marwah pun tersenyum lalu memeluk sahabatnya dengan erat dengan berkata “akan ku coba Safa demi kamu dan orang tua ku’

Beberapa hari telah terlewatkan hari-hari gembira di rumah sakit dengan sahabatku Marwah juga terlewatkan karena sudah saatnya allah melimpahkan kabar menyedihkan untuk ku,sahabatku dan orang tua nya bahwa saatnya perpisahan, untuk selamanya.
Denyutan jantung sang sahabat membuatku terhipnotis lemah karena mendengar denyutan jantung Marwah yang juga mulai-mulai lemah dan mulai memenjam mata sambil tersenyum manis dihadapanku dan orang tuanya.Saat mata telah tertutup saat itu jugalah perpisahan dimulai.
Ruang pasien atas nama Marwah Iskandar penuh dengan suara tangis histeris,pekikkan suara Safa terdengar sampai ujung ruang pasien lainnya,tak ada yang tak kan menangis bila ada seseorang yang disayanginya pergi ntuk meninggalkannya.
Sahabatku pergi meninggalkan sepucuk surat yang berisikan permintaan terakhirnya
“Assalamu’alaikum Safa? Maaf sebelumnya mungkin aku tidak sempat mengajukan permintaan kepadamu,karena aku rasa hidupku tak kan lama lagi,jika aku tak ada lagi disamping mu untuk menghiburmu,ntuk dengar keluh kesahmu,tapi ingatlah masih ada allah yang selalu ada untukmu,curhat lah dengan Allah dengan bersujud kepadanya tuangkan segala yang ada dihatimu.Oo iya Safa aku lupa menyebutkan permintaanku,aku harap kamu menjaga jillab-jilbab ku dengan memakainya dimana pun kamu berada,jangan biarkan jilbabku merasakan kesepian Karena pemiliknya tak ada lagi,sekurangnya jilbab-jilbabku memiliki pengganti dari pemiliknya…aku harap kamu mendengar permintaan terakhirku.Kamu tau kan kalo aku pernah bilang sama kamu bahwa menggunakan jilbab itu wajib bagi setiap wanita,kamu adalah wanita dan kamu adalah sahabatku,aku tidak mau sahabatku nantinya akan mendapatkan siksaan pedih di akhirat nantinya.Jika kamu telah memakai hijab jangan lupa untuk menyempurnakan hijabmu,oke? Aku selalu berdo’a untuk kebaikan mu,jaga dirimu baik-baik dengan hijab mu karena seseorang yang berhijab insya allah akan dijauhi dari mara bahaya,salam hangat Marwah”

Tangisan tak henti-henti dicurahkan,saat duka mendatangi dan saat itu juga perubahan menjumpai,saat sepucuk surat Marwah yang dibaca Safa,saat itu jugalah Safa berubah menjadi wanita yang cantik dengan lilitan jilbab sahabatnya.Seolah-olah jilbab Marwah adalah dirinya yang membuat Safa selalu tenang.
            Terimakasih sahabatku Marwah dengan jilbabmu ini aku merasakan ketenangan jiwa,dengan jilbabmu ini aku bisa berpikir mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus ditinggalkan,dengan jilbabmu ini aku merasakan bahwa kamu selalu ada untuk ku.Terimakasih sahabat ku dengan permintaan mu aku tidak lagi merasakan keemburuan menggebu-gebu akan dirimu.Aku berdo’a agar kamu nantinya di tempatkan di syurga Allah,aamiin.

    #the end...
Share:

0 komentar:

Posting Komentar